Gunung Seulawah Agam adalah sebuah gunung yang terletak di Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Selain dikenal sebagai Seulawah Agam, gunung yang memiliki tinggi
1726 mdpl ini memiliki nama-nama lain seperti , Solawa Agam, Solawaik
Agam, Selawadjanten, dan Goldberg. Kawah Seulawah Agam dikenal sebagai
Kawah Heutsz dan ada juga yang menyebut kawahnya sebagai Tanah Simpago
Gunung Seulawah Agam terbentuk akibat pertemuan lempeng
Indo-Australia yang bergerak relatif ke utara, menujam di bawah Lempeng
Kerak Benua Eurasia. Akibat penujaman itu maka terjadi proses peleburan
(melting) kerak Samudera Indo-Autralia menjadi magma, yang kemudian
menerobos kepermukaan melewati zona lemah dan kemudian membentuk Gunung
Seulawah Agam.
Letak
Gunung Seulawah Agam terletak di Kec. Lembah Seulawah, Kab. Aceh Besar.
Gunung Seulawah Agam merupakan salah satu gunung berapi tipe C di
Provinsi Aceh, Pada tanggal 16 & 21 agustus 1975, terdengar suara
gemuruh dan asap keluar dari Gunung Seulawah Agam (
Sumber: Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).
Deskripsi
Seulawah adalah nama gunung yang dikenal oleh masyarakat aceh dengan
puncaknya Seulawah Agam dan Seulawah Dara dan juga sebagai Kawasan
Penyangga Ekosistem Leuser, Kawasan ini memiliki luas lebih kurang 1,4
juta ha yang meliputi wilayah Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Jaya, Aceh
Besar, Pidie, Bireun dan Aceh Tengah. Kawasan Seulawah dengan suhu udara
minimum 19-21 C dan maksimum 25-30 C dengan curah hujan yang berkisar
2.000 – 2.500 mm pertahun, dengan ketinggian 1.800 meter di atas
permukaan laut (Mdpl).
[2]
Dengan kondisi alam yang sejuk dan curah hujan yang tinggi maka
didaerah tersebut banyak didapati bermacam jenis Flora dan fauna
seperti : Gajah yang di kenal dengan legenda Pocut Meurahnya, rusa,
harimau, beruang, kancil, babi hutan, tenggiling, Landak dan ular, juga
terdapat berbagai macam jenis burung yang selalu menghiasi kawasan ini.
Luasnya bukit yang terjal yang diselimuti oleh berbagai macam jenis kayu
seperti meranti, copat, cemara, beramah, urip, deriam dan semantuk sehingga menjadi penyangga kehidupan bagi makhluk hidup di kawasan tersebut.